Juni 27, 2018

“BACKPACKERAN MAHAL KE WAMENA ?” Part.2 ( “Banyak Sampah di Batas Batu Wamena ?" )


“BACKPACKERAN MAHAL KE WAMENA ?” Part.2

Wa wa wa .. salam hangat khas pegunungan tengah Papua, kalau dapat salam begini boleh dibalas dengan kata yang sama wa wa wa  dengan nada semangat ya gengs..itu adalah tanda terima kasih yang disampaikan kepada kita dan sebagai bentuk penerimaan satu salam lain khas pegunungan tengah Papua.
Speaking of Wamena, pernahkah kalian mendengar istilah “Labewa” ?  Nah kalau yang punya teman-teman yang berasal dari wamena ini semacam tag yang akan terbawa kemana-mana oleh mereka, labewa adalah singkatan dari kata LAhir BEsar WAmena. Ada juga tag lain yang sering disebutkan dalam bahasa suku dani yaitu “An Wamena Meke” artinya Saya Anak Wamena.
Selamat datang di Part .2 tentu saya berharap ini bagian yang paling kalian tunggu –tunggu dari petualangan singkat saya dan teman-teman di Lembah Baliem. Kami menjelajahi lembah baliem selama 4 hari meskipun rasanya 4 hari tidak cukup untuk mengexplore lembah baliem ini, karena masih banyak tempat-tempat yang belum sempat kami kunjungi. Di dalam tulisan ini pun saya akan mencantumkan hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama explore as a tourist in wamena not as a local people yaa, dan lagi semoga review perjalanan yang saya tulis kali ini bisa menginspirasi kalian untuk tidak menunda-nunda kedatangan kalian ke wamena J

v  TEMPAT WISATA

HARI 1
Berhubung kami bertiga para gadis-gadis nekat memilih penerbangan siang yaitu jam 10.45 WIT dari Jayapura dan baru tiba di Kota Wamena sekitar 11.30 WIT sehingga tempat yang kami kunjungi di hari pertama letaknya tidak begitu jauh dari kota wamena. Kami mengunjungi 2 tempat yaitu Hotel Jerman dan Pasir Putih. Btw, Terimakasih kepada Pak Jokowi dengan program-program pembangunan yang nyata terlihat di Papua karena saya suka sekali dengan desain bandara baru wamena yang kece, Salut Pak ! Begitu keluar dari bandara kami sudah dijemput oleh orang rental yang sudah janjian dengan kami. Daaaaannn sembari si bapak lagi mengambil mobil untuk mengangkut carrier kami, datanglah seorang bapak-bapak dengan kostum koteka lengkap (pakaian tradisional pria khas pegunungan papua) menuju ke arah kami bertiga , senyum-senyum dan saya spontan keluarkan kamera ya kan merekam adegan si bapak mendekati kami ,menjabat tangan dan diajak khumbi ( salam menarik jari khas pegunungan tengah papua ) saya mah sibuk merekam terus dan sempat motret si bapak yang berbicara dengan bahasa isyarat dan geraka tubuhnya dan muncul si mas rental dari arah belakang saya dan ngomong” Mbak, itu nanti dimintain duit mbak, harus bayar lho”. “ Kasi 1 foto dia bisa minta 50 ribu”  Whaaaaaaaaaaaaattt ?? gubrak seketika gengs.. spontan kamera saya langsung turun, dan kami bertiga lihat2an dalam kebingungan dan teman saya si indi langsung mengeluarkan 50 ribu dan di kasi ke si bapak dan di tangan saya ada 20 ribu pun raib diminta si bapak. Well, well , well sambutan dari kota wamena.. hahahahha karena ketidaktahuan dan keudikan kami akhirnya 70 ribu melayang karena 1 foto bersama si bapak.. ( Videonya akan saya masukan dalam vlog saya mendatang )


·         NOT TO DO : Setiap kali kita mengeluarkan kamera atau benda-benda mencolok lainnya untuk berfoto dengan orang lokal sebaiknya ditemani sama orang yang paham tempat itu ya gengs, karena ya memang itu bisa dijadikan salah satu cara masyarakat mencari uang secara cepat. Kecuali, kecuali nih kalian memang sengaja mau berfoto dengan mereka siapkan uang secukupnya, kalau sama anak kecil  atau mama-mama dikasi makanan , snack atau kue sudah cukup mereka sudah berterima kasih. Kalau orang yang kalian kenal atau teman kalian kenal ya dikasikan saja rokok sebungkus dah lumayan itu gengs. Tapi sebenarnya untung-untungan sih, kalau gak diminta apa-apa ya syukur J . Satu lagi ini tidak berlaku di semua tempat di pegunungan papua ya gengs, tolong jangan di sama-ratakan.
Sambutan manis dari si bapak akan jadi kenangan sepanjang dunia backpackeran kami

Well, setelah dapat “sambutan” tadi ya kami ketawa-ketawa sendiri dalam perjalanan ke penginapan , lalu lanjut ke tujuan pertama kami yang disebut-sebut “Hotel Jerman “

Ø  Hotel Jerman a.k.a The Baliem Valley Resort
Bungalow the baliem valley resort
The BALIEM VALLEY RESORT terletak di tepi timur Lembah Baliem terletak di Desa Sekan, Kecamatan Siepkosi, Wamena –Kab.Jayawijaya. Perjalanan kami dari penginapan dimulai jam 13.00 WIT dan sepanjang perjalanan ke sana disuguhi pemandangan luarbiasa, perjalanan kami tidak sampai 1 jam menggunakan mobil saya tidak ingat waktunya karena sibuk mengagumi pemandangan disekitar. Biaya kendaraan yang masuk ke resot ini adalah 20 ribu rupiah saja .The BALIEM VALLEY RESORT adalah perusahaan Jerman-Indonesia yang didirikan oleh Dr. med. Werner Weiglein pada tahun 1999. Resor ini terletak di ketinggian 1900 mdpl di tengah-tengah Pegunungan Jayawijaya yang perkasa dan menawarkan setiap pengunjung semua kenyamanan yang mungkin di sini di dataran tinggi. Resor ini mencakup surga alam seluas 1600 ha dikelilingi oleh lanskap gunung yang tinggi dengan hutan hujan, sungai, dan danau. Di antaranya terdapat permukiman lokal suku Dani .Kompleks resor ini termasuk restoran dengan teras panoramik yang besar, resepsi dan gedung konferensi, dan 15 bungalow dalam gaya tradisional Dani berbentuk Honai; semua dengan kamar mandi modern, perabotan yang nyaman, dan teras berjemur yang besar. Dari sini Anda dapat melihat Lembah Baliem yang spektakuler dan pegunungan tinggi Trikora masif di dekatnya dan resor ini juga menyediakan jasa travelling wamena selama 10 hari dapat dicek di https://www.dr-weiglein-expeditions.de/ atau nomor telepon 0812-4802-3489. Harga kamar dapat berkisar diatas 1,2 Juta untuk lebih lengkapnya bisa dicek di jasa-jasa travel online J



Outdoor view dari restorannya 
Desain interiornya juara
 Berhubung kami tidak menginap disini ( lebih tepatnya full booked waktu kami pesan ) sehingga kami hanya mengunjungi restorannya yang sangat cantik, tentu tema rustic khas pegunungan tengah papua dan baju khas suku dani dan suku asmat memenuhi seluruh perabotan dan desain interior di restoran ini. Biaya masuk ke resto adalah 10 ribu per orang dan beberapa menu wajib dicoba di sini adalah “hipere” goreng ( ubi) yang manis, jus terong belanda, juga kopi arabica wamena tentunya dan untuk supir pengantar tamu akan dapat minuman gratis katanya memang sudah service dari restoran ini, di sudut ruangan ada bar kecil yang menjual minuman dan di ada reading corner yang dibuat untuk para pengunjung . Setelah puas mencicip-cicip kami berkeliling di sekitar resto dan memang pemandangan yang super breathtaking , Dikelilingi dengan beberapa honai masyarakat kita akan bertemu masyarakat yang lalu lalang juga disini. Saya langsung memilih spot “merenung” saya di atas sebuah batu rasanya pengen tidur siang di batu itu ditemani angin sepoi-sepoi dan menikmati anugerah Tuhan yang luarbiasa ini dipadu dengan suara kehebohan satu keluarga besar yang sedang piknik membakar ikan di dekat tempat saya duduk, maklum karena sedang libur lebaran jadi banyak wisatawan yang berkungjung kesini . Ya, namanya juga kerjasama dengan negara lain ya jadi dibuat sebagus mungkin resort ini dan cukup worth it kesini karena jaraknya tidak begitu jauh dari wamena kota meskipun jalan ke arah luar kota ini belum terlalu baik karena masih banyak yang belum diaspal ada baiknya menggunakan kendaraan roda 4 yang cocok dengan medan ini. Tapi guncangan-guncang kecil di mobil terkalahkan dengan pemandangan luarbiasa yang mengiringi perjalanan ke sana.
Spot "merenung yang saya maksudkan sebelumnya"



Kebun bunga kuning entah apa namanya pokoknya cantik 

Ø  Pasir Putih
Jarak antara hotel jerman dan pasir putih cukup dekat kata teman kami dan ini juga spot yang wajib kalian datangi kalau ke wamena, sensasi berasa di new zealand ala papua bisa kalian dapatkan disini.  Pasir Putih terletak di wilayah desa Aikima, Wamena dengan ketinggian 1600 mdpl dan terletak di persis di pinggir jalan
White Sand of Wamena

Kalian bisa menyewa mobil untuk satu rombongan, menaiki ojek motor ataupaun jika dana anda terbatas bisa menggunakan Angkot dengan jurusan KL (Kurulu) dengan biaya sekitar 15 ribu rupiah dan Biaya wisata disini satu mobilnya dihitung 100 ribu rupiah Memasuki kawasan ini kita juga akan dikenakan biaya oleh masyrakat lokal, tergantung transportasi apa yang kita naiki,tergantung penawaran kita lagi ke masyarakat lokal tersebut. Kondisi alam di tempat ini sebenarnya penuh bebatuan dan berada di salah satu sisi bukit berumput hijau yang mengelilingi Lembah Baliem. Dinamakan pasir putih karena memang pasirnya berwarna putih seperti pasir pantai, hanya saja bedanya ini terdapat digunung. Hal ini membuat Pasir putih tampak begitu mencolok bila dilihat dari udara. Kumpulan batu karang pun terlihat menyembul di atas permukaan pasir  hingga ke punggung bukit ditambah  semak belukar menghiasi bebatuan, kita bisa tracking kecil-kecilan hingga ke puncak sekitar 10 menit sampai ke puncak.

·         NOT TO DO : Jangan terlalu sore ke arah pasir putih apalagi tracking sendirian ke atas karena keamanan nya belum dapat dijamin sepenuhnya sama pengelola. Pergilah sebelum jam 5 sore ya teman – teman, pagi hari dan siang hari adalah waktu terbaik dan sebaiknya pergi beramai-ramai ria . dan satu lagi jangan terlalu memakai barang-barang yang mencolok , kalaupun membawa tools fotografi seperti Go pro atau drone sebaiknya pergi barengan anak Labewa gengs, biar aman damai sejahtera J
 
Para gadis bermodal nekat


Menurut masyarakat setempat
pasir putih ini ada karena bentukan alam. Dulu Lembah Baliem adalah sebuah danau raksasa bernama Wio. Sekitar tahun 1813, terjadi gempa yang menyebabkan pergeseran dan perubahan geologi.
Dari situ terbentuk pula Sungai Baliem yang meliuk di tengah lembah ini. Konon, pasir putih Desa Aikima adalah salah satu sisi danau purba tersebut dan di dekat pasir putih ini ada satu spot juga yang wajib dikunjungi yaitu air garam yang merupakan satu rangkaian hasil proses geologi wamena yang menjelaskan kenapa ada pasir putih, masih ada bekas-bekas koral di bebatuan sewaktu tracking dan adanya air asin. Tapi saya pribadi lebih mempercayai teori pengangakatan daatan dari lautan yang terbentuk karena proses geologi yang panjang hingga membentuk daratan, well saya berharap akan ada tulisan lengkap yang bisa dinikmati kalangan luas tentang geologi papua yang super duper menarik ini , maklum karena saya sekolah dengan basic geography jadi hal-hal seperti ini selalu menggelitik saya untuk wondering kalau jalan ke tempat-tempat eksotis sekelas wamena
J
batuan karang dan coral menjadi satu

Cuaca di wamena di bulan juni pun tidak bisa tertebak karena dari panas tiba-tiba gerimis dan saya asal ngomong “ ini cuman kurang pelangi saja untuk pemandangan sebagus ini “ dan Ya ampun datang dong pelanginya , muncul berbentuk setengah lingkaran dan double rainbow, gimana saya tidak teriak kegirangan sepanjang jalan pulang . The best lah
Aslinya tentu jauh lebih bagus


Dan selesai hari pertama trip kami di hari sabtu yang ceria , kembali ke wamena sekitar pukul 17.30 WIT sempat belanja dulu di salah satu “supermarketnya “ seperti yang sudah saya ceritakan di Part.1 , kami harus berbelanja semua makanan untuk hari minggu karena hari minggu tidak ada satupun toko dan pasar pun yang buka itu sudah peraturan daerah dan baru buka diatas jam  setengah 5 sore  .

HARI 2
Pagi hari yang luarbiasa karena masih mau berpelukan dengan selimut dan di tempat penginapan kami tidak ada AC semuanya dingin alami. Hari ke – dua adalah Highlight dari perjalanan kami, karena memang sudah bulatkan tekad harus ke Batas Batu dan Danau Habema hari itu apapun yang terjadi . Masa pak jokowi dan chelsea islan sudah sampai disana dan kami belum ? :D. Well, ini adalah petualangan yang penuh dengan doa menurut saya karena memang sudah diwarning bahwa bisa saja perjalanan ini batal , karena 2 faktor utama yaitu : Faktor cuaca dan faktor keamanan. 
Sudah jam 6 pagi dan janjian sama orang rental jam 8 sudah start, dan diluar jendela wamena minggu pagi dipenuhi kabut. Rasanya... melihat kabut bukan senang tapi galau, takut-takut kalau perjalanan ini batal. Teringat kata teman kami yang kerja disini kalau bangun pagi jam 7 si gunung di belakang hotel kelihatan berarti di atas sana cerah dan kita bisa naik. Tetapi jam 7 pagi pun masih berkabut menemani sarapan kami lalu lanjut jam 8 orang rental benar-benar tepat waktu sih mantap dan jam 8 Pagi matahari  memunculkan wajahnya.  Perjalanan yang butuh banyak doa dan iman sih menurutku, cuaca sudah oke, tinggal satu masalah yaitu faktor keamanan. Jujur mas rental yang membawa kami hari itu juga sedikit takut naik ke atas jadinya dia membawa 2 orang temannya laki-laki untuk menemani kami bertiga para gadis nekat ini karena memang cukup beresiko kalau hanya 1 pria saja dan sisanya wanita.

Dapat spot bagus di pinggir jalan dengan latar belakang puncak trikora. ohhh my..
 ·         WHAT TO DO : Usahakan jumlah pria lebih banyak daripada wanita ya kalau mau trip-trip              seperti ini terutama orang lokal . Demi keselamatan bersama J
Lanjut ya, akhirnya jam 9 Pagi kami jalan dengan doa dan iman dan harap-harap cemas. Berbekal kue-kue lebaran di mobil, makan siang kami, dan lagu-lagu khas maluku menemani roadtrip to Habema and The Rock Edge of Wamena. Kami memilih pajero ( harga dkk ada di part.1) menemani petualangan kali ini, Baru beberapa puluh menit meninggalkan kota menuju hamparan sabana hijau , perbukitan dengan langit biru pagi itu, siapapun yang ke arah danau habema dan sekitarnya wajib melapor di Pos TNI yang ada di daerah Napua, and sampai di sana kami kaget karena ada sekitar puluhan mobil hilux, strada, pajero berjejer di sana mengantri untuk melapor dengan puluhan manusia di dalamnya yang ternyata sama excitednya seperti kami bertiga menuju habema dan batas batu, senangnya luarbiasa, leganya luarbiasa lagi karena ditambah pasukan TNI dan Kopasus yang bergabung di beberapa mobil warga untuk menemami perjalanan kami agar aman sampai ke tujuan. So happy, karena 2 faktor yang tadi dikhawatirkan lenyap seketika, benar-benar terberkati sekali pagi itu .
Saya selalu memilih spot dekat jendela demi koleksi film-film pendek saya .
 
Kalau sekelas Raisa bikin video klip disini gimana ya ?

memang manusia hanya butiran debu lah
harusnya ada kuda lari-larian disini, dah fix kaya video klip one direction


Ø  Habema , “ The Yuginopa Lake”

 Perjalanan ke habema memakan waktu kurang lebih sekitar 2,5 jam dengan jarak 48 kilometer dari kota dengan pemandangan yang terlalu luar biasa bagi mata saya yang mengalahkan terjal dan liku-likunya jalan kesana.Haru sepanjang perjalanan kesini , Tuhan kayanya lagi jatuh cinta waktu menciptakan surga kecil di bumi cendrawasih ini. Kami sempat berhenti beberapa kali untuk take photo pada spot-spot yang kece , salah satunya menjadi background dari blog ini. Cuaca di luar panas bercampur dengan angin yang dingin jadi sensani panas dingin bercampur dikulit, saya sangat menyarankan membawa sunblock yang sebisa mungkin dipakai sedari masih di kota, kalau tidak ingin kulit kalian kering . Sekali lagi salut sama pembangunan jalan disini yang sudah diaspal sehingga setengah perjalanan kesana mulus, dan beberapa kilometer menuju habema barulah kita akan menemui jalan karang lagi. Nama asli danau Habema sebenarnya adalah Yuginopa, sedangkan nama Habema diambil dari nama seorang perwira Belanda, yaitu Letnan Habema yang ikut mengawal tim ekpedisi ke puncak Trikora pada tahun 1909. Luas danau ini kurang lebih sekitar 224,35 hektar dengan keliling 9,79 kilometer dan berada di kawasan Taman Nasional Lorentz Papua dengan ketinggian 3.225 Mdpl.
Setelah melewati medan yang berat menuju kesini pemandangan yang begitu indah, megah dan sangat mempesona segera menyambut kami. Hamparan padang rumput di sekitar danau dan tanaman-tanaman endemik Papua seperti Rumah Semut /sarang semut atau anggrek hitam akan membuat kita bersyukur menjadi bagian dari alam indah Papua. Ketika kami tiba sudah ada banyak orang disana sekitar Jam 11.15 WIT siang dan sama-sama menikmati pemandangan yang membuat hati saya berdebar-debar. Mengingat tujuan utama perjalanan kami hari ini adalah Batas Batu sehingga kami memutuskan untuk langsung menuju batas batu terlebih dahulu mumpung cuacanya sangat cerah lalu sekembalinya dari sana baru kami akan menikmati indahnya Danau Habema.

Habema Kucinta

Beberapa mobil memutuskan untuk bergerak juga ke atas batu, tetapi di perjalanan kami dihadang oleh beberapa orang lokal yang memegang senjata api dan katanya mereka adalah bagian dari anggota gerakan separatis di papua. Sebenarnya saya agak galau apakah perlu memasukan part ini dalam tulisan saya karena ini juga menjadi momok dan penghalang bagi kemajuan papua, namun tidak sedikit juga masyarakat yang mendukung gerakan ini, yah.. intinya mereka mau minta uang , katanya kalau mau lanjut ke batas batu harus bayar 200 ribu gengs.. well, si supir pun turun mengajak diskusi juga beberapa supir di mobil yang lain , sepertinya memang mereka sudah terbiasa dengan kondisi ini. Well, buat kami yang orang baru yah itu pemandangan yang sedikit membuat jantung dag dig dug apalagi kami semua perempuan di dalam mobil kan , akhirnya setelah mas supir kembali ke depan setir dan menyalakan mesin mobil akhirnya kami sedikit lega , ternyata mas nya tetap membayar tapi hanya 100 ribu saja , katanya “intinya memang kalau ketemu masyarakat begitu yang dikasi saja mbak , jangan sampai timbul masalah, apalagi ini ada anggota ikut kita “ . Hmmm baiklah , saya sih agak kesal . ini sejenis gertakan supaya dapat uang dan sekaligus sedih tapi juga kami miris, alam sebagus ini ya Tuhan, Tapi ada apa dengan manusia-manusianya ?. Akhirnya perjalanan kami dilanjutkan ke batas batu.

( Catatan : saya mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang tersinggung atas tulisan saya ini, boleh langsung dikritik dan dikomentari ) Terima kasih


Ø  Batas Batu
Akhirnya, batas batu yang saya idam-idamkan dari petualangan ini melebihi mendamba calon suami akan segera terwujud. Pemandangan Taman Nasional Lorentz is too ...... ah, i have no words to describe how amazing it is. Berasa kaya yang ditonton di channel National geography dan discovery channel kalau lihat New Zealand atau Islandia, berasa lihat The Real of Narnia, kalau masa kecil kalian sering nonton The Chronicles of Narnia berarti kita seumuran seperti itulah kira-kira pemandangan yang saya lihat. 

Rasanya mau berhenti di setiap spot buat difoto, buat lari-lari, teriak-teriak, tidur-tiduran . Ini kalau ada artis yang bikin videoklip disini udahlah juara  pasti trending topic kalau lokasi syutingnya disini gengs. Parah bagusnya,, semoga dalam waktu dekat bisa saya tunjukkan lewat vlog saya di youtube . Sejauh mata memandang tidak ada hewan khas yang lewat yang ada adalah tumbuhan sejenis palma atau kurma dengan batuan dan padang sabana disana yang gradasinya dari warna hijau, kuning, oranye ,coklat sampai warna putih ditambah langit yang biru .Well, perjalanan dari Danau Habema ke batas batu kira-kira sekitar 1 jam saya pun tidak melihat jam karena selalu sibuk sama pemandangan diluar yang jauh lebih menarik perhatian.
Perjalanan kesini medannya wuuyuuuhh jauh lebih ekstrim gengs, terguncang guncang tauncang di dalam mobil, apalagi lihat mobil lainnya yang pake hilux yang bisa berisi 10-13 orang di bak bagian belakangnya. Beberapa kali orang-orang harus turun dari mobil supaya mobilnya bisa naik tanjakan. Perjalanan benar-benar ekstrim jadi teman-teman yang suka mabuk darat harus banyak persiapkan kantong muntahan yak, karena mobil tidak bisa berhenti sembarangan disini. Ingat safety first!
Papuaku tercinta

Terbayar sudah setelah perjalanan guncang mengucang ini begitu melihat barisan gunung bebatuan yang berdiri koko berwarna keabuan-abuan dan dari kejauhan seperti gunung salju padahal gunung batu di ketinggian kurang 3400Mdpl.Disebut batas batu karena memang menjadi batas geografis alami berupa batuan yang memisah antara Kab.Jayawijaya dan Kab.Nduga. Sesampainya di diatas benar saja sudah banyak orang yang berada disini menikmati pemandangan menakjubkan ini. Sekali lagi. Terharu,...
Berjalan perlahan menaiki deretan bebatuan yang agak tajam, ditemani desiran angin yang sangat dingin dan cukup kencang meski masih jam 1 siang dengan cuaca sekitar 15 derajat celcius dan hati-hati kalau melangkah disini karena ada banyak celah juga yang ditemukan di antara bebatuan, jadi tetap fokus pada pijakan kita sembari menikmati pemadangan ya. Kami menghabiskan waktu sekitar 1,5 Jam disini. Setelah puas mengabadikan momen disini saya pun berkontemplasi sejenak , merenung lagi karya Tuhan yang benar-benar agung ini dan menyadari bahwa sungguh alam papua ini benar-benar anugerah, dan sebagai orang asli papua, anak negeri ini saya punya kewajiban untuk menjaga tanah ini.
Banyaknya pengunjung bersama kami di hari itu

Sebelum ke New Zealand sebenarnya , pemanasan dulu di New Zealand ala Papua


Diantara celah-celah bebatuan yang tadi saya temukan, hmm sudah ada BANYAK SAMPAH  botol plastik dan minuman kaleng disana, saya cukup kesal.Tangan saya pun tidak bisa masuk ke dalam celah bebatuan yang tajam karena cukup dalam ternyata. Mungkin itu juga sebabnya ada warga yang kesal dan melarang kami kesana karena hanya menambah tumpukkan sampah dan kotoran di tempat yang mereka anggap sakral, somehow sedikit masuk akal juga saya rasa kenapa banyak yang “marah” dan “melarang” kami kesana.
( Gambar batas batu )
Kedua tempat ini memang gratis dan tidak dipungut biaya apapun atau retribusi ( kecuali kalau kena palak ya )kecuali apabila program pembangunan jalan trans papua sudah jadi dan diaspal mungkin ceritanya beda lagi ( berharap semoga gak jadi-jadi, lhoo ?!). Jadi, jadi tolong ingat bahwa kita juga kewajiban untuk tidak merugikan siapapun dan apapun bahkan ke alam kita yang perlu kita jaga dan sayangi. Supaya besok-besok anak cucu kita  masih bisa melihat apa yang kita lihat hari ini. Jangan sampai Cuma tinggal cerita. Jadilah wisatawan yang cerdas ya gengs jangan Cuma numpang eksis demi banyaknya like di sosial media. lalalalalala
( karena kerjaan saya di konservasi jadi kalau lihat yang gini rasanya ingin ku berkata kasar )hahaha.
Dari perjalanan ini pun saya diajak untuk kembali berpikir memang seharusnya tempat-tempat sebagus ini tidak perlu dijamah dengan tangan manusia. Biarkan alam ini tetap alami dan liar jauh lebih indah dan dinikmati secara diam-diam. Tetapi ya apa daya kalau kita mau melawan arus perkembangan jaman dan sosial media yang begitu luar biasa. Tempat-tempat seperti ini memang sangat riskan terekspos ke khalayak umum seperti ini sampai bisa memuat tulisan ini agar teman-teman bisa membacanya. Tapi apapun itu memang selalu punya sisi positif dan negatifnya baik koin dengan kedua sisi ataupun pedang bermata dua.

Well cukup momen bapernya , balik dari batas batu ada drama mobil kami ga bisa nyala, ahahha sempat gugup setelah hampir 15 menit diotak-atik akhirnya nyalaaa, horee dan kami pun kembali ke danau habema dengan wisatawan yang masih ramai disana, setelah mobilparkir dapat spot kece dekat tempat foto pak Jokowi kala itu dan langsung spontan harmonika kecil yang menjadi teman saya dari jaman petualangan di Ilaga menjadi dikeluarkan dan mulai ditiup berpadu dengan suara angin yang beradu dengan dedauanan dan pohon di dekat danau juga suara orang-orang disekitar. That was a personal moment buat saya untuk memaknai dan mengapresiasi karya yang indah ini . Terimakasih Tuhan. Semakin disadarkan bahwa saya hanya manusia biasa, manusia yang begitu kecil di hadapkan dengan alam yang begitu luas dan ditaklukkan dengan kebesaranNya.

Well, sekembali dari habema drama mobil dimulai lagi dan kali ini benar-benar tidak bisa dihidupkan sementara mobil-mobil yang lain sudah mulai pergi satu per satu, ahahaha setengah jam berlalu dan doa yang kencang akhirnya nyalaaa , horeee
pulanglah kami kembali ke kota dan masih ada 2 spot di hari kedua di sekitar kota yang kami kunjungi, tapi sebaiknya saya tulis di part berikut saja.
Terima kasih sekali lagi, sudah mau repot-repot membaca tulisan saya ini
Tiada kesan tanpa feedback dari kalian, silakan berikan masukan komentar dan saran buat penulisan ini , agar lebih baik ke depannya. Hidup anak negeri papua
J
#febspiration
#explorewamena
#anwamenameke
#kuligaiadventure


Tidak ada komentar:

Posting Komentar